Dalam perjalanan pulang setelah bermain dengan seorang teman, saya bisa mencium bau kari dari rumah tetangga.
Sangat iri rasanya sampai-sampai perut saya keroncongan. Tetapi, saat pulang ke rumah, ternyata makan malam kami juga kari!
Saya masih ingat bagaimana saya melompat kegirangan.

Saya sangat menantikan menu kari untuk makan siang di sekolah, sampai-sampai saya menandainya di kalender.
Di hari-hari yang menyajikan kari sebagai menu makan siang kami, saya menyantapnya dan berlomba dengan teman-teman untuk tambah.
Rasanya tetap melekat hingga saya dewasa.

Saya dapat dengan jelas mengingat kari yang saya buat dengan teman-teman saat perkemahan sekolah.
Meskipun kami belum pernah memasak sebelumnya dan memotong bahan-bahan dengan sembarang bentuk dan ukuran, saat
menyantapnya bersama-sama sangat luar biasa. Saya masih menyimpan foto-foto kenangan tersebut.

Ayah saya membuatkan kari untuk ibu ketika ibu terserang flu.
Daging dan sayurannya dipotong agak besar dan ia memasukkan satu kentang utuh,
tapi ibu sangat senang karena ayah pulang kantor lebih awal untuk membuatnya seenak mungkin.

Saya tidak bisa melupakan kari yang saya makan di pondok gunung saat mendaki Gunung Fuji.
Meskipun hanya kari siap saji biasa, tetapi terasa sangat memuaskan untuk tubuh saya yang kelelahan
setelah mendaki jalur pegunungan yang dingin dan asing.

Saya selalu meminta ibu untuk memasak kari setiap kali saya pulang ke rumah keluarga saya.
Meskipun bahan dan cara saya memasaknya sama, buatan ibu saya selalu terasa jauh lebih lezat dibandingkan buatan saya.
Menyantap kari buatan ibu benar-benar membuat saya menyadari bahwa saya ada di rumah.

Pacar saya memasak kari untuk saya sewaktu kuliah.
Saya gugup sepanjang waktu karena itu pertama kalinya ada wanita selain ibu saya yang memasak untuk saya. Saya tidak akan pernah melupakan senyum di wajahnya
ketika ia melihat saya makan satu porsi besar.

Kari adalah makanan pertama yang dibuat anak perempuan saya yang masih duduk di bangku SD untuk saya.
Saya memperhatikannya dengan cemas saat ia berusaha membuatnya,
ia benar-benar berusaha semaksimal mungkin hingga akhir. Saya sangat senang dan menceritakannya ke semua teman saya.

Saya ingat dengan jelas kari di restoran tempat kakek dan nenek mengajak saya ketika saya masih kecil.
Tampak sangat berbeda dengan kari yang biasa saya makan, karena nasi dan saus kari disajikan secara terpisah.
Saya ingat sangat hati-hati menyantapnya karena khawatir baju terbaik saya akan terkena noda kari.

Saya memiliki dua saudara lelaki, dan ketika ibu bertanya kami ingin menu makan malam apa, kami semua menjawab
“kari!” Meskipun ibu tidak begitu terkesan.
Bahkan setelah kami dewasa, ketika kami semua berkumpul di rumah dan ia menanyakan kami ingin menu makan malam apa,
dengan lantang kami menjawab “kari!” Itulah beberapa kenangan yang menyenangkan.

Kembali ke atas